watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

AFFAIR DENGAN STAFF

Sore itu teman-teman kantor yang lain sudah
pulang. Akupun sedang mempersiapkan diri
untuk pulang juga ketika terdengar ketukan di
pintu ruanganku dan kemudian disusul
munculnya raut wajah cantik begitu pintu dibuka
dari luar.
"Halo sayang" sapanya hangat dan mesra.
"Belum pulang?" lanjutnya sambil melangkah
masuk dan berdiri persis di samping tempatku
duduk di belakang meja kerja.
"Sebentar lagi. Ini lagi beres-beres" jawabku
balas tersenyum.
Terus terang kehadiran Ratna, salah seorang staf
di divisi yang kupimpin, sering membuatku
gelisah, khawatir sekaligus bahagia. Mengapa
tidak? Ia seorang wanita berparas cantik.
Tubuhnya langsing namun padat berisi. Masih
cukup muda, berusia antara 25-30 tahun. Ia
mengigatkanku pada seorang bintang sinetron
cantik jelita dan seksi Diah Permatasari. Selain itu,
ia orangnya ramah, baik hati dan menyenangkan
siapa saja yang diajaknya bicara. Selain itu, ia
sangat perhatian sekali padaku bahkan
cenderung terlalu mesra. Kesannya, hubungan
kami tidak seperti boss dan anak buahnya. Kami
sering bercanda penuh kemesraan, tentunya
pada saat tidak ada karyawan lain di antara kami.
Bila di tengah karyawan lain, kami nampak
seperti boss dan anak buah layaknya.
Hubungan kami hari demi hari semakin
bertambah mesra. Yang pada awalnya hanya
saling lirik dan senyum, kini sudah mulai
meningkat menjadi saling remas walaupun
hanya sebatas remasan tangan. Namun itu
sudah menunjukkan bahwa dirinya menyukaiku.
Rasa rindu untuk cepat bertemu mulai
mengganggu pikiranku, demikian pula dengan
dirinya.
"Ih, pengen cepet-cepet ke kantor deh rasanya"
demikian kata Ratna suatu ketika saat pertama
kali aku mencoba memberanikan diri untuk
mengecup pipinya, saking tak tahannya
manakala kami tengah berduaan. Itupun
mencuri-curi, takut ada karyawan lain yang
melihat
Ia hanya tersenyum jengah saat itu. Wajahnya
menunduk malu sambil melirik mesra ke arahku.
Kalau saja saat itu ruangan kosong, mungkin aku
sudah mengecup bibirnya. Aku yakin ia pun
mengharapkan hal yang sama. Namun
kemesraan kami nampaknya akan menghadapi
permasalahan besar dan tak mungkin meningkat
lebih intim lagi, atau bahkan tidak dapat berlanjut
sama sekali. Pasalnya, aku sudah berkeluarga,
memiliki anak-istri. Demikian pula dengan
dirinya, tidak jauh berbeda denganku. Hanya
saja ia belum memiliki anak. Kami sadar dengan
keadaan ini, namun kelihatannya seperti tidak
peduli. Inilah yang membuatku gelisah, serba
susah. Aku tidak mau kehilangannya. Celaka,
jangan-jangan aku sudah jatuh cinta padanya.
Ini tidak benar Jerit hatiku meski tidak yakin
apakah itu benar-benar suara hatiku yang
sebenarnya?
Kembali sore itu ia hadir dengan gayanya yang
akan membuat lelaki manapun merasa sulit
untuk menolaknya.
"Kok malah bengong? Nggak suka ya, Nana
kemari?" katanya dengan menyebutkan nama
panggilan mesranya.
Ucapan yang meluncur dari bibirnya yang
menggemaskan itu, terdengar begitu
menyejukan hatiku. Mana mungkin aku bisa
melupakannya? Siapa pula yang bisa menahan
diri saat wanita cantik, bertubuh sintal yang
menyebarkan aroma penuh dengan rangsangan
berdiri begitu dekat dengannya? Bahkan saking
dekatnya aku dapat merasakan kakinya
bersentuhan dengan pahaku. Dari kursi tempat
dudukku, aku menengadah menatap wajahnya.
Ia pun tengah melirik ke arahku. Mata kami
bertemu. Saling pandang penuh arti. Kulihat
matanya berbinar-binarnya, menyembunyikan
perasaan yang begitu mendalam. Hangat dan
mesra sekali pancaran tatapan matanya. Penuh
gairah. Aku bukan malaikat. Aku hanya seorang
lelaki biasa, yang masih penuh dengan gelora
jiwa mudaku. Usiaku masih di bawah 40 tahun.
Usia yang sedang matang-matangnya dan
penuh dengan gejolak gairah lelaki.
"Bukan begitu, sayang. Siapa sih yang tak mau
berdekatan sama wanita secantik kamu?"
jawabku seraya meraih tangannya ke dalam
genggamanku. Kuremas perlahan dengan penuh
kelembutan.
"Tuh khan? Mulai deh rayuan gombalnya"
ujarnya seraya makin memepetkan dirinya ke
tempat dudukku. Kurasakan pahanya bergeseran
dengan pangkal lenganku.
Meski masih terhalang kain roknya, aku dapat
merasakan kehangatan dan kelembutan kulit
pahanya. Perasaan itu menjalar ke sekujur
tubuhku dan mengarah semuanya ke pusat
selangkangannku. Aku jadi gelisah. Aku tak ingin
ia memperhatikan perubahan di bagian depan
celanaku. Namun aku segera memergoki tatapan
matanya sekilas melirik ke arah itu. Aku jadi malu
juga, apalagi melihatnya senyum-senyum
dikulum seperti itu. Aku jadi gemas dibuatnya.
Lalu tubuhnya kutarik hingga terjatuh ke
pangkuanku.
"Auuww " pekiknya manja sambil merangkul
leherku agar tubuhnya tak terguling dari
pangkuanku.
"Mas kok jadi tambah genit sih?" lanjutnya. Ia
cubit pipiku dengan lembut.
"Tapi suka khan?" balasku menatapnya dengan
mesra.
Ia mengangguk perlahan. Balas menatapku
dengan hangat. Kuamati seluruh wajahnya. Ia
memang cantik. Matanya bersih bersinar. Bulu
matanya lentik. Hidungnya mancung, dan
bibirnya. Akh sungguh mempesona. Sungguh
sensual. Apalagi saat lidahnya dikeluarkan untuk
membasahi bibirnya. Sangat mengundang Aku
tak tahan untuk segera mengulumnya.
Bibirku langsung mendarat di atas bibirnya.
Kukecup mesra. Ia balas dengan mesra.
Kukulum hangat. Ia menyambutnya dengan
kehangatan yang sama. Kami berciuman dengan
hangat dan mesra. Lidah kami saling mencari.
Saling bartautan. Tangannya meremas-remas
bagian belakang kepalaku sambil menariknya
sehingga ciuman kami semaki erat. Aku balas
dengan mengelus dan meremas punggungnya.
Ia menggeliat sambil mengerang perlahan
merasakan kehangatan cumbuanku.
Gerakan tubuhnya membuat pantatnya yang
berada dipangkuanku dengan sendirinya
menggesek-gesek batang kontol yang berada di
balik celanaku. Aku sudah tegang sekali.
Kelembutan dan kehangatan buah pantatnya
membuatku terangsang hebat. Kelihatannya ia
sengaja melakukan gerakan itu. Pantatnya terus-
terusan digesek-gesek ke batang kontolku yang
sudah semakin mengeras saja rasanya.
Mengimbangi permainannya, tanganku mulai
ikut-ikutan beraksi. Dimulai dengan mempreteli
seluruh kancing BLousenya. Kulihat kulit dadanya
yang bersih dan putih nampak begitu
merangsang. Kuelus perlahan. Ratna melenguh
menikmati elusan lembut di seputar dadanya.
Pagutan bibirnya semakin kuat, dekapannya
semakin erat.
Tanganku menggerayang semakin dalam,
meremas buah dadanya yang masih terbungkus
kutang tipis. Tonjolan putingnya kupermainkan.
Ratna gemetar dibuatnya. Permaiman tangan
boss kesayangannya di daerah puting itu
membuat darahnya berdesir kencang. Gairahnya
menggelora dan semakin menyesakan dadanya.
Rangsangan itu bertambah kuat seiring dengan
elusan tangan bossnya yang mulai merogoh ke
dalam kutangnya. Sentuhan langsung tangan
lelaki pujaannya itu di seputar buah dadanya
seakan memicu seluruh naluri kewanitaannya.
Ratna berubah garang. Gerakannya semakin
banal, liar dan tak terkontrol. Apalagi ketika
merasakan elusan lembut di pahanya, bergerak
perlahan merambat naik ke pangkal pahanya.
"Ouugghh" erangnya penuh kenikmatan seraya
mendorong tanganku lebih dalam ke arah
selangkangannya.
Tanganku segera menemukan gundukan daging
hangat di balik celana dalamnya yang teras
sudah mulai membasah. Ujung jariku
menelusuri garis memanjang di sekitar bibir
kemaluannya. Kudengar erangan demi erangan
meluncur dari bibirnya setiap kali tanganku
menekan di sekitar liang itu. Roknya sudah
kuangkat tinggi-tinggi agar tidak menghalangi
gerayangan tanganku. Sementara tanganku
yang satunya lagi mengeluarkan buah dada
Ratna dari balik kutangnya. Tidak terlalu besar
memang, tapi masih kenyal dan keras.
Bentuknya indah, apalagi putingnya yang
berwarna kemerahan itu nampak sudah berdiri
tegak seakan menanti kuluman mulutku.
"Aduuhh. isep Mas Terus. akh enak sekali"
rintihnya keenakan.
Aku tak perlu menunggu perintahnya, karena
mulutku sudah langsung menyambarnya.
Lidahku melata-lata di ujung pentilnya. Akibatnya
sungguh luar biasa, Ratna menggelinjang
kegelian diiringi rintihan dan erangan penuh
kenikmatan. Sementara tangannya mulai
bergerilya menggerayang kemana-mana sampai
akhirnya berhenti di sekitar selangkanganku.
Bergerak lincah mengurut-urut batangku yang
masih terkungkung di balik celana. Aku berharap
ia segera membebaskan batangku yang sudah
berontak itu dari kungkungan celanaku.
"Ratnaa.. ugh" aku melenguh tanpa sadar begitu
tangan Ratna merogoh ke dalam balik celana dan
menggenggam batangku. Terasa begitu lembut
dan halus permukaan telapak tangannya.
Perlahan namun pasti, ia mengocok batangku
mulai dari bawah hingga ke atas, lalu turun
kembali dan begitu seterusnya dengan irama
yang semakin meningkat cepat. Enak sekali
rasanya. Tubuhku seperti melayang-layang
dibuatnya. Kurebahkan kepalaku di senderan
kursi. Menikmati semua apa yang dilakukannya
padaku. Kulihat tangan satunya lagi meraih ke
bawah. Aku kira ia kan menggunakan kedua
tangannya untuk mengocok, tetapi ternyata ia
malah mencopot celana dalamnya sendiri dan
melemparnya ke lantai. Aku kaget. Apa yang
akan dilakukannya. Aku tambah khawatir ketika
ia mengangkat roknya tinggi-tinggi lalu merubah
posisinya sehingga mengangkangiku sementara
batangku ditegakkan ke atas.
Tiba-tiba aku sadar akan apa yang akan terjadi.
Aku tidak pernah mengharapkan sampai sejauh
ini. Bagaimana jadinya nanti. Kami berdua sudah
memiliki keluarga masing-masing. Ini sudah
terlalu jauh, jangan sampai terjadi. Aku tak ingin
mengkhianati keluarga dan aku pun tak ingin ia
mengkhianati keluarganya juga. Cukup sampai di
sini
"Ratna. udah. Jangan diterusin" kataku
mengingatkan.
Sebenarnya aku juga tidak yakin dengan
ucapanku sendiri.
Aku menahan tubuh Ratna agar jangan sampai
itu terjadi. Kulihat tatapan matanya yang redup
penuh harap, melirik padaku dengan penuh
tanda tanya. Mana ada lelaki yang tahan melihat
wanita secantik dirinya memohon seperti itu.
"Kenapa?" ucapnya penuh keheranan dengan
sikapku yang memang, menurut para lelaki,
tidak tahu diuntung.
"Aku, oh, eh, kita nggak boleh begini" ucapku
dengan berat hati.
"Nggak apa-apa kok sayang. Aku rela dan suka
melakukannya." jawab Ratna yang justru
membuatku semakin tergoda.
Aku berupaya untuk berpikir jernih dan mencari
jalan agar semua ini tidak terjadi. Aku tak ingin
semuanya berantakan gara-gara perbuatan ini.
Tapi? Akh, rasanya aku tak bisa lagi berpikir
jernih begitu ia mulai menciumi wajahku dengan
penuh mesra dan hangat. Tangannya bekerja
cepat mempreteli kancing bajuku hingga
membuka seluruh dadaku. Ia langsung
menciuminya. Mengemot putingnya. Lidahnya
menari-nari di atas dada lalu turun ke perut dan
terus semakin ke bawah. Aku tak pernah sadar
sejak kapan ritsluting celanaku terbuka. Tahu-
tahu kulihat batang kontolku sudah mengacung
dari balik celanaku yang terbuka, sementara
wajah Ratna sudah sangat dekat sekali berada di
sana.
"Akh gila", Pekikku dalam hati manakala kulihat
mulut Ratna terbuka dan lidahnya menjulur
menyapu permukaan moncong kontolku.
Tubuhku bergetar hebat merasakan sapuan
lembut dan hangatnya lidah itu di sana. Mataku
sampai terpejam saking nikmat yang kurasakan
saat itu. Pikiran-pikiran untuk menghentikan
perbuatan ini saat itu langsung lenyap entah
kemana. Aku tak mungkin menolaknya. Apalagi
mulut wanita cantik ini begitu lihai mengulum
kontolku. Mungkin ini merupakan kuluman
ternikmat yang pernah kurasakan sebelumnya.
Aku sudah tak peduli lagi dengan semuanya.
Yang penting semuanya harus kunikmati.
Wanita cantik bertubuh seksi yang sedang
bergairah ini harus mendapatkan kenikmatan
yang sama. Setelah itu, aku langsung meraih
tubuhnya untuk berdiri mengangkangi tubuhku
yang duduk di kursi. Kontolku kuberdirikan tegak
mengarah persis ke liang memeknya. Kuminta ia
untuk berjongkok dengan kedua kakinya naik ke
tepian kursi di kedua sampingku. Tubuhnya
turun perlahan. Kontolku mulai melesak ke
dalam liangnya. Terasa hangat dan sempit.
Batangku terus menerobos masuk karena di
sekitar liang itu sudah licin. Ratna melenguh
panjang begitu seluruh batangku terbenam di
dalamnya. Matanya terpejam erat, kepalanya
melengak ke belakang. Kedua tangannya
berpegangan pada leherku. Ia mulai bergerak
turun naik, bergoyang ke kiri dan ke kanan. Aku
mengimbanginya dengan tusukan-tusukan kuat.
Kami saling berlomba memberikan kenikmatan.
Kulihat di depan wajahku, buah dadanya yang
sudah tertutup kutang itu, bergelantungan
kesana kemari. Bibirku langsung menangkapnya.
Kukemot putingnya. Ia merintih. Kujilat seluruh
daging kenyal itu. Ratna mengerang. Kedua
tanganku berpegangan pada pantatnya. Sambil
meremas, aku tarik ke dalam agar batangku bisa
mencapai bagian yang terdalam di dirinya.
"Mass Ooouugghh.. nikmaat.. enaakkhh..
mmpphhff" erangnya tak karuan.
"Ayo sayang. Terus goyangin. uughgh
nikmaatnya." aku pun mengerang-erang
kenikmatan.
Tiba-tiba ia memekik sambil mendekap kepalaku
erat-erat ke dalam dadanya. Tubuhnya
berguncang hebat. Pinggulnya didesakan kuat-
kuat sehingga batangku terbenam seluruhnya.
Tak lama kemudian kurasakan siraman cairan
hangat pada kontolku di dalam liangnya. Ratna
telah mencapai orgasmenya. Ia terus-terusan
merintih sambil mengigau kalau dirinya jarang
mendapatkan puncak kenikmatan seperti saat ini.
Aku tak sempat memikirkan ucapannya itu,
karena aku pun tengah berkutat menahan
desakan dari dalam diriku sendiri sampai
akhirnya tak tahan lagi dan menyemburkan air
mani berkali-kali ke dalam liang memeknya.
Pinggulku sampai terangkat tinggi-tinggi ketika
menyemprotkan air mani. Sungguh nikmat
rasanya karena air maniku banyak sekali
semburannya. Bayangkan saja aku sudah tidak
berhubungan dengan istriku selama ia haid
seminggu ini. Kudekap tubuh Ratna erat-erat.
Kuhirup keharuman aroma tubuhnya yang
begitu merangsang. Sambil kubisikan kata-kata
mesra.
"Nana juga sayang sekali sama Mas" bisiknya
perlahan hampir tak terdengar.
Untuk beberapa saatnya kami hanya saling
berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan
bersama. Sambil memikirkan wanita secantik
dirinya, yang sehari-hari nampak lembut dan
pemalu, bisa berubah binal bagai kuda jalang
saat bercinta denganku. Aku hanya bisa
mengeluh bahagia penuh keberuntungan dapat
menikmatnya dengan puas.
"Mas, Nana nggak mau pulang. Pengen sama
Mas terus seperti ini" bisiknya lagi.
Aku terhenyak. Kaget tak terkira dengan
ucapannya itu. Aku tak tahu perasaanku saat itu.
Apakah harus senang atau takut mendengar
pengakuannya ini. Aku tak ingin peristiwa ini
tercium oleh rekan-rekan yang lain dan tak
mungkin terus berada di sini. Walaupun yang
lain telah pulang, mungkin saja nanti ada satpam
perusahaan yang mengontrol kemari.
"Ayo kita pulang. Nanti ketahuan orang" ajakku
buru-buru seraya mendorong tubuhnya dari
atas tubuhku.
"Nggak mau. Pokoknya Nana pengen sama Mas
terus" rengeknya.
"Aduh gimana dong."
"Biarin" katanya ngambek.
Aku panik melihatnya seperti ini. Akhirnya aku
mendapat jalan untuk membujuknya.
"Ok, kalau gitu kita cari tempat lain aja yang lebih
aman" kataku kemudian.
"Ya setuju. Kita cari hotel aja" usulnya dengan
gembira.
"Nanti kita mandi bareng di sana. Nanti Nana
mandiin, terus 'ininya' Nana sabunin juga ya"
katanya lagi sambil mempermainkan kontolku
yang sudah tergolek lemas.
Aku hanya mengiyakan saja karena yang
penting harus cepat-cepat pergi dari sini.
Kami berdua lalu segera berangkat ke hotel
setelah merapikan diri dahulu. Sepanjang jalan
Ratna tak pernah melepaskan pelukannya dariku.
Aku membayangkan apa yang akan kami
perbuat semalaman nanti di hotel. Kurasakan
batangku langsung menggeliat bangun kembali
hanya terbayang tubuh molek itu menggeliat-
geliat di bawah himpitan tubuhku. Luar biasa
memang.
Tamat


Adult | GO HOME | Exit
1/867
U-ON

inc Powered by Xtgem.com